FGD Guru Bangsa: Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan yang Membudayakan

FGD Guru Bangsa hadir lagi seperti bulan-bulan sebelumnya. Kali ini Pusat MPK mengangkat tema tentang Pendidikan sebagai bagian dari upaya memperingati Hari Pendidikan. Ki Hadjar Dewantara salah satu pemikir penting dan pemberi tonggak pendidikan di Indonesia, adalah tokoh yang representatif untuk dibicarakan lebih lanjut. M. Nur Prabowo, M.Phil sebagai pembicara utama menyoroti bahwa pendidikan Ki Hadjar Dewantara sejatinya bukan hanya semangat pendidikan an sich, tetapi juga sebagai media pergerakan politik dan perlawanan terhadap kolonialisme.

Salah satu kolega Douwes Dekker dalam Indiche Partij ini, melakukan gebrakan melawan kolonialisme lewat tulisan-tulisannya. Salah satu tulisannya yang menggebrak adalah “Seandainya aku orang Belanda”, yang berisi tentang tamparan kerasnya pada pemerintah Belanda yang hendak merayakan kemerdekaannya dari Perancis di Indonesia. Akibat tulisan ini muncul polemik antara pihak colonial dan pribumi. Semangat perlawanan lewat menulis ini menggugah semangat nasionalisme dan kemerdekaan dari Tiga Serangkai yang lain, Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. Puncak dari polemic ini mengantarkan mereka pada pengasingan, sebab mereka dianggap terlalu bahaya bagi pemerintah kolonial.

“Soewardi (nama asli Ki Hadjar Dewantara) diasingkan ke Bangka, namun hal ini tidak malah mengungkung pemikirannya. Di pengasingan, Soewardi mendapat inspirasi bahwa pendidikan hendaknya memerdekakan dan kebudayaan yang terbuka. Ketika di pengasingan, Soewardi banyak bersinggungan dengan literature-literatur pendidikan, seperti dari Frobel, Montessori, dan Rabendranath Tagore. Keterbukaan budaya atas budaya lain yang baik adalah proses konvergensi (mengembangkan dan mempertinggi kebudayaan sendiri dengan mengadopsi unsur-unsur baru dari luar, tanpa harus melepaskan kepribadian sendiri.” Dosen Matakuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, UB ini menjelaskan.

Soewardi melakukan pergerakan politik melalui pendidikan. Baginya pendidikan adalah alat utama untuk meneguhkan semangat kebangsaan untuk melawan kolonialisme. Pendidikan adalah sarana utama untuk merubah mental-kultural sehingga kemerdekaan lebih mudah terwujud. Konsep pendidikan yang ditekankan oleh Soewardi adalah prinsip pendidikan emansipatoris dan partisipatoris, bahwa pendidikan adalah “memanusiakan manusia secara manusiawi”. Kemanusiaan menjadi nilai fundamental penting yang diperjuangkan Soewardi.